Pilih Manusia atau Uang? Solusi Krisis dengan Pendekatan Asy-Syarh (Bagian 2)

Menggunakan pendekatan Asy-Syarh, konkretnya begini, misalnya dalam kasus awal penanganan pandemi di Indonesia. Antara kebutuhan penyelamatan manusia dan penyelamatan ekonomi sebetulnya tidak perlu dikotomik, justru bisa disatukan tapi tidak langsung bersamaan. Kuncinya di penahapan dengan langkah proses yg terukur (sequencing) sebagai pengejawantahan “itqan”. Karena sudah terlanjur menjadi pandemik, pemerintah mesti ambil langkah total sejak awal: lockdown ketat disertai rapid testing hanya butuh 1-2 bulan untuk memulihkan kondisi kesehatan lalu berangsur diperlonggar setelah peta persebaran diisolasi dan laju kurva menurun.

Pilih Manusia atau Uang? Solusi krisis dengan pendekatan Asy-Syarh (Bagian 1)

Semasa krisis, orang sering menghadapi pilihan-pilihan sulit seolah tidak ada jalan keluar. Pada titik ekstrem, seolah di hadapan kita hanya ada pilihan dikotomik. Exit-strategy seringkali terjebak pada pilihan dilematis semacam ini, tak terkecuali krisis akibat pandemi COVID-19.

“Lockdown or not?” pertanyaan yang keliru

Kontroversi soal kebijakan lockdown ini ternyata masih belum beres pada tataran definisi. Jadi, tidak terlalu relevan untuk membuat pilihan dikotomik seperti ini. Maka, pertanyaan “lockdown or not?” tentu menjadi keliru diajukan. Pun, untuk menjawabnya, kita mesti membuat batasan supaya tidak terjadi kebijakan yang ambigu: lockdown seperti apa dan hal bagaimana dilakukan?